SAHABIYAH #2

Siti Khadijah

(al-Kubra)

Pengantar :

Khadijah binti Khuwailid atau yang dikenal dengan al-Kubra dan Ummul Mukminin adalah istri Nabi Muhammad SAW dan Ibu dari Fatimah Az-Zahra, menikah dengan Nabi Saw sebelum Bi’tsah dan wanita pertama yang beriman kepadanya. Khadijah lahir dari seorang ayah bernama Khuwailid bin Asad bin Abdul ‘Uzza bin Qushai, dari keluarga Quraisy dan dari seorang ibu bernama Fatimah binti Zaidah. Ia lahir di Mekah sekitar tiga atau empat dekade sebelum Nabi Islam saw diutus menjadi nabi (bi’tsah) dan di kota yang sama, di rumah ayahnya, ia tumbuh besar. Disisi lain Khadijah mendapatkan banyak gelar yang di sematkan kepadanya salah satunya “Ath Thahirah” (wanita suci). Khadijah di beli gelar karena memang layak mendapatkannya. Sebelum menikah dengan Rasulullah, beliau sudah menikah dua kaliketika usianya mencapai keremajaannya. Saat itu kehidupanya bergelimang harta, beliau menjadi pemuka kaum wanita, dan konglomerat muda yang piawai berdangang mengelolah hartanya. Selain itu banyak orang Quraisy yang mau menikahinya, meskipun demikian banyaknya uang yang di miliki tidak menjadikannya langsung berhubungan dengan kaum laki-laki atau terjun langsung di dunia perdangangan.6 Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Hujurat : 49/15.

 

Biografi

Khadijah binti Khuwailid (dalam bahasa Arab Khadijah al-Kubra) merupakan istri pertama Nabi Muhammad SAW., Khadijah al-Kubra, adalah anak perempuan dari Khuwailid bin Asad dan Fatimah binti Za’idah, berasal dari suku kabilah Bani Asad dari suku Quraisy. Ia merupakan wanita as-Sabiqun al-Awwalun.

Mekkah, tahun 68 Sebelum Hijrah atau bertepatan dengan tahun 555 Masehi adalah tahun yang istimewa bagi keluarga  Khuwailid bin Asad. Karena di tahun itu lahir seorang bayi perempuan cantik di tengah-tengah keluarga Khuwailid bin Asad. Bagi masyarakat suku Quraisy waktu itu, mempunyai anak perempuan merupakan sebuah aib. Banyak dari mereka yang mengubur hidup-hidup anak perempuan mereka, bahkan sebelum sang bayi merasakan udara dunia. Namun tidak demikian dengan Khuwailid bin Asad. Kehadiran bayi perempuan ditengah keluarganya, disambut dengan sukacita. Khuwailid bin Asad menamai putrinya Siti Khadijah. Nama lengkap sang bayi itu adalah Siti Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab al Qurasyiyah al Asadiyah.

Tumbuh di tengah-tengah keluarga yang terpandang dan bergelimang harta, tidak menjadikan Siti Khadijah sebagai sosok yang sombong. Justru keistimewaan yang ada pada dirinya membuatnya rendah hati. Julukan Ath-Thahirah tersemat padanya sebagai penghargaan bahwa Siti Khadijah adalah sosok yang mampu menjaga kesucian dirinya.

Tahun 575 Masehi, ibunda Siti Khadijah meninggal dunia. 10 tahun kemudian, ayahnya meninggal dunia. Menjadi yatim-piatu beserta harta warisan yang berlimpah bagi sebagian manusia bisa menjadikan diri terlena dan berfoya-foya. Namun tidak demikian dengan Siti Khadijah. Justru kematian kedua orang tuanya membuatnya tumbuh menjadi wanita mandiri. Siti Khadijah melanjutkan tradisi keluarganya sebagai pedagang. Tangan dingin Siti Khadijah membuat bisnis keluarganya berkembang pesat.

Ayah Khadijah terkenal sebagai seorang pedangang yang kaya raya dan usahannya yang selalu berhasil dan maju sebagaimana seperti pendangan Arab yang lainnya. Kekayaan yang di dapatkanya dari berdangang di lakukan di luar Mekah bersama para rombongan para pedagang yang lainnya.Ayah Khadijah banyak memberikan contoh teladan dalam berdangang yaitu jujur, tidak tamak dan tidak memaksakan kehendaknya, sehingga beliau terkenal sebagai pedangang yang sangat baik. Dilihat dari kepribadian ayah dan ibunya menurun kepada Khadijah yang sudah di didik oleh ayahnnya dan ibunya untuk selalu bersikap yang baik dan mulia,serta Khadijah juga sedari kecil di jauhkan dari segala hal yang dapat merusak ahlaknya,ketika di saat kota Mekah riuhnya dengan dunia malam.

 

Pernikahan dengan Rasulullah

Suatu hari, Siti Khadijah mendengar kabar tentang seorang pemuda yang pandai, cerdas, dan sangat terpercaya. Dialah Muhammad bin Abdullah. Pemuda itu menjadi buah bibir warga Mekkah karena kejujurannya. Tak heran julukan Al-Amin tersemat pada pemuda itu. Penasaran dengan pemuda tersebut, Siti Khadijah mengutus asistennya, Maisarah untuk datang kepada Muhammad bin Abdullah menawarkan pekerjaan  yaitu membawa barang dagangan Siti Khadijah ke negri Syam. Muhammad menerima tawaran tersebut.

Sebelum hari keberangkatan kafilah dagang ke negri Syam, Siti Khadijah berpesan kepada Maisarah untuk melaporkan segala sesuatu yang dilakukan oleh Muhammad bin Abdullah di Syam. Maisarah menyanggupinya. Dan bertolaklah rombongan dagang milik Siti Khadijah dengan Muhammad bin Abdullah sebagai penanggung jawabnya.

Selang beberapa lama, rombongan itu kembali ke Mekkah dengan sukses. Muhammad bin Abdullah mampu meningkatkan penjualan barang dagangan Siti Khadijah sehingga meraup keuntungan besar. Sesampai di Mekkah, Maisarah yang ditugaskan oleh Siti Khadijah untuk mengamati tingkah laku Muhammad, datang menghadap Siti Khadijah. Inilah hasil pengamatan Maisarah: Muhammad bin Abdullah terbukti sebagai orang yang memiliki budi pekerti yang agung, berakhlak mulia, dan jujur. Dia sama sekali tidak pernah berbohong dalam menjual  barang. Apabila barang itu bagus, dia katakan bagus. Apabila barang yang dijual mutunya kurang bagus, maka diapun mengatakan yang sebenarnya sehingga kosumen merasa puas. Selama perjalanan berangkat dan kembali lagi ke Mekkah, Muhammad bin Abdullah benar-benar menjaga akhlaknya. Dia selalu menundukkan pandangannya. Benar-benar sosok yang mengagumkan.

Mendengar laporan Maisarah, Siti Khadijah semakin tertarik kepada kepribadian Muhammad bin Abdullah. Siti Khadijah mempunyai harapan lebih kepada Muhammad bin Abdullah. Melalui perantara Nafisah binti Muniyah, Siti Khadijah mengungkapkan keinginannya untuk bisa mengenal lebih dekat  dengan Muhammad bin Abdullah. Nafisah binti Muniyah mafhum dengan maksud Siti Khadijah. Nafisah binti Muniyah kemudian mendatangi Muhammad bin Abdullah dan terjadilah pembicaraan antara mereka.

“Mengapa engkau belum menikah, Muhammad?” selidik Nafisah binti Muniyah.

“Aku belum mampu untuk menikah.” Jawab Muhammad bin ‘Abdullah.

“Jika ada yang memenuhi kriteria sebagai istrimu, apakah engkau bersedia?” pancing Nafisah binti Muniyah.

“Siapa wanita itu?” tanya Muhammad bin ‘Abdullah.

Kontan Nafisah binti Muniyah menjawab: “Siti Khadijah binti Khuwailid.”

“Aku bersedia jika dia bersedia.” Jawab Muhammad bin ‘Abdullah.

Tidak menunggu lama, Nafisah binti Muniyah mendatangi Siti Khadijah untuk mengabarkan berita gembira tersebut.

Begitupun dengan Muhammad bin ‘Abdullah. Beliau segera menemui pamannya, Abu Thalib untuk menyampaikan niatnya meminang Siti Khadijah. Mendengar ungkapan dari keponakannya, Abu Thalib menyetujuinya. Abu Thalib, Hamzah, dan keluarga yang lainnya kemudian pergi menuju kediaman Amr bin Asad selaku paman dan wali Siti Khadijah untuk meminang Siti Khadijah.

Dengan maskawin 20 ekor unta muda, Muhammad bin ‘Abdullah menikahi Siti Khadijah binti Khuwailid. Wali dari Siti Khadijah diwakili oleh pamannya yang bernama Amr bin Asad, sedang dari pihak Muhammad bin Abdullah oleh Abu Thalib dan Hamzah. Perbedaan usia yang cukup jauh (sekitar 15 tahun), serta kesenjangan ekonomi  yang lebar antara mereka berdua  tidak menghalangi Muhammad bin ‘Abdullah dan Siti Khadijah membangun rumah tangga yang penuh berkah.

Allah Azza wa Jalla menganugerahi pasangan sempurna ini enam orang anak, yaitu:  Qosim (itulah mengapa Rasulullah juga sering dipanggil oleh penduduk Mekkah dengan sebutan Abu Qasim), ’Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Siti Fatimah. Kedua anak lelaki meninggal ketika masih bayi. 

 

Belajar dari Siti Khadijah

Dari Aisyah ra., “saya tidak cemburu kepada seorang perempuan seperti cemburu saya kepada Khadijah. Sesungguhnya Allah telah menyuruh Nabi untuk menyampaikan berita gambar kepada Khadijah akan memperoleh rumah di dalam surga.” (HR. Bukhari)

Siti Khadijah dijuluki Ath-Thoirah, yang berarti bersih dan suci. Beliau dikenal sebagai pribadi yang cerdas dan agung, memiliki pendirian yang teguh dan perangainya yang luhur. Setelah bercerai dengan suami pertama, banyak kaum pemuka Quraisy yang ingin memperistri beliau, tetapi Siti Khadijah lebih memprioritaskan perhatiannya kepada putra-putrinya.

Dalam mengurusi perniagaan, Siti Khadijah adalah seorang perempuan yang handal, pintar dan cetakan. Karenanya, beliau menjadi wanita yang kaya raya. Hal ini menambah daya tarik Siti Khadijah dikalangan pria-pria kaum Quraisy.  Tetapi yang terjadi adalah hati Siti Khadijah terhambat pada pribadi seorang pria yang terpercaya, jujur, profesional dalam bekerja dan memiliki akhlak yang mulai, dia adalah Muhammad SAW. dan Allah menakdirkan mereka untuk menikah walaupun kala itu Khadijah sudah berusia empat puluh tahun sedang Muhammad baru berusia dua puluh lima tahun. Sungguh perbedaan umur yang sangat mencolok.

Rumah tangga Rasulullah SAW., dengan Siti Khadijah ra., adalah contoh keteladanan dalam hubungan suami dalam berumah tangga. Jarak usia tidak menghalangi Rasulullah dan Siti Khadijah untuk saling melengkapi. Rasulullah SAW., memperistri Siti Khadijah bukan status sosialnya, melainkan kerena Siti Khadijah sendiri mempunyai pribadi dan akhlak yang mulia. Kematangan Siti Khadijah pada usia 40 tahun membuat Rasulullah merasa nyaman dekat dengan Siti Khadijah.

Ketika Rasulullah pertama kali menerima wahyu sebagai utusan Allah SWT., Siti Khadijah-lah yang menenangkan hati Rasulullah. Ketika itu Rasulullah benar-benar dilanda kecemasan yang luar biasa. Siti Khadijah juga wanita yang mula-mula memeluk Islam sebelm Rasulullah berdakwah dikalangan para sahabat baginda lainnya.

Jangan ditanya pengorbanan Siti Khadijah dalam menengakkan agama Islam baik dengan harta, pikiran, dan tenaga. Segenap daya upaya dikerahkan Siti Khadijah, ketika melindungi banginda Nabi dari serangan kaum Quraisy. Dan pengorbanan ini dilakukan Siti Khadijah sampai ajal menjemputnya.

Walaupun wanita, Siti Khadijah pintar dalam berdagang sama baiknya dengan laki-laki. Hal ini pun beliau lakukan bukan karena kesenangan keduniawian semata tapi karena ingin bagi keluarga dan sesama. Islam tidak menghalangi kaum wanita untuk produktif dengan bekerja, bahkan menganjurkan agar wanita sama produktinya dengan pria.

Allah memberikan pilihan bagi wanita apakah wanita itu mau bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Selama wanita bisa menjaga kehormatannya, setia pada suaminya dan taat pada aturan Allah, Insya Allah pahala tetap menjadi miliknya.

Kisah kehidupan bunda Siti Khadijah sungguh sangat menginsprirasi wanita untuk menjadi muslimah tanggung yang peyayang. Yuk, sebagai muslimah kita contoh bunda kita Siti Khadijah agar kita bisa menjadi orang yang bermanfaat di dalam keluarga dan lingkungan sekitar.

 

Wafat

Siti Khadijah wafat dalam usia 65 tahun pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-10 kenabian, atau tiga tahun sebelum hijrah ke Madinah atau 619 Masehi. Ketika itu, usia Rasulullah sekitar 50 tahun. Beliau dimakamkan di dataran tinggi Mekkah, yang dikenal dengan sebutan al-Hajun. Karena dua orang yang dicintainya (Khadijah dan Abu Thalib) telah wafat, maka tahun itu disebut sebagai ‘Aamul Huzni (tahun kesedihan) dalam kehidupan Rasulullah.

 

Ulasan

Khadijah ialah orang pertama yang membenarkan kenabian Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia juga menjadi orang terdepan yang menghibur beliau tatkala beliau berada pada situasi atau kondisi yang pelik. Ia juga yang senantiasa menyemangati beliau agar semakin intens dalam berdakwah. Ia juga yang meminta beliau agar senantiasa bersabar tatkala berbagai gangguan dan rintangan dari kaum kafir Quraisy dialamatkan kepada beliau. Sungguh, Khadijah adalah segalanya bagi sang Nabi. Khadijah juga sangat berperan dalam perjuangan islam, Beliau bahkan tidak takut miskin dengan memberikan semua hartannya kepada Nabi Muhammad untuk digunakan di jalan Allah, Khadijah hanya mengharapkan ridho dari Allah semata bukan karena Beliau ingin pamer kekaayaan.

Berikut tadi sedikit gambaran dari sosok wanita muslimah yang tanggung dan selalu berbakti pada keluarga dan bangsanya, terlebih pada suaminya. Ia rela menyerahkan seluruh harta yang dimilikinya hanya untuk membantu menjalankan dakwah yang diemban suaminya. Sehingga tak salah jika beliau ini teladan yang baik bagi para muslimah pada masa sekarang. Semoga dengan tulisan ini, kita semakin cinta dan selalu menjaga Islam sampai akhir hayat kita, seperti yang dicontohkan oleh ibunda Khadijah.


Saran Baca

Ibrahim Muhammad Hasan, Teladan Agung Wanita Mukminina. Cet.VI; Jawa Tengah: Insan Kamil, 2017.

An Nadwi Abul Hasan Ali Al Hasani, Sirah Nabawiyah Sejarah Lengkap Nabi Muhammad, Cet ke-6, Yogyakarta : Darul Manar, 2011.

Husnani,Potret Wanita Shalehah, Cet ke-2,Jakarta : PT Permadani, 2004.

Abdul Mun’im Muhammad Umar,  Khadijah, Cet. 1, Jakarta : Republik Penerbit, Maret 2017.

Ibrahim Muhammad Hasan Al-Jamal, Khadijah “Perempuan Teladan Sepanjang Masa”, Bandung : Mizaina, 2015.

Yanuar Arifin, Amazing Stories Khadijah, Yogyakarta : Pustaka Al Uswah, Februari 2020.

Sibel Eraslan, Novel : Khadijah “Ketika Rahasia Mim Tersingkap” Cet 1, Jakarta : Kaysa Media, 2012.

 

Referensi

https://books.google.co.id/books?id=JjBIDwAAQBAJ&dq=siti+khadijah&hl=id&source=gbs_navlinks_s

https://id.wikipedia.org/wiki/Khadijah_binti_Khuwailid

https://islami.co/khadijah-binti-khuwailid/

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Program

Kajian Rutin

Kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengkaji ilmu-ilmu. Baik ilmu agama, sosial, maupun sains.

Pemberdayaan Kader

Proses pembentukan dan pengembangan potensi kader agar teciptanya kader yang kompeten.

Dakwah Online

Optimalisasi ruang lingkup dakhwah melalui media online dengan tujuan syi'ar yang meluas

Wirausaha

Sistem fund raising dalam tata kelola keuangan organisasi

Pembinaan Muslimah

Pembinaan dan pendidkan tentang kemuslimahan kepada mahasiswi demi terbentuknya muslimah yang hebat dan tangguh

Dan Masih Banyak Lagi

Segala aktivitas dan kegiatan dalam seluruh aspek dan ruang lingkup kebaikan

Cita-Cita

Kami Bercita-cita Membentuk Mahasiswa Muslim yang memiliki karakter:
  • 1. BERTAQWA

    Menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya

  • 2. BERAKHLAK MULIA

    Berperilaku dan berakhlak sesuai ajaran Rasulullah SAW

  • 3. BERINTEGRITAS SOSIAL

    Memegang teguh prinsip sebagai seorang muslim yang berlandaskan Al-Qur'an dan As-Sunnah

  • 4. BERWAWASAN LUAS

    Memiliki khazanah keilmuan dan semangat belajar yang tinggi serta open minded